Background

    1. Visi
Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil Madrasah Aliyah yang diinginkan di masa mendatang.
Adapun visi Madrasah Aliyah negeri Sidoarjo adalah “BERAKHLAK MULIA DAN UNGGUL DALAM PRESTASI“.
Adapun indikatornya adalah :
  1. Setiap siswa sopan baik dalam perilaku maupun tutur kata
  2. Menghormati orang lain terutama orang tua dan guru
  3. Suka menolong orang lain dalam kesulitan tanpa pamrih
  4. Taat, rajin dan disiplin dalam beribadah
  5. Unggul dalam peningkatan skor
  6. Unggul dalam kegiatan keagamaan
  7. Unggul dalam prestasi keolahragaan (bola volley, basket, futsal, bulu tangkis, dan tenis meja, pencak silat)
  8. Unggul dalam prestasi di bidang seni (teater, drumband, dan baca Al Qur’an)
  9. Mendapatkan kepercayaan masyarakat
    1. Misi
Misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain misi merupakan bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
Adapun misi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo adalah :
  1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan rajin dan tekun beribadah serta berbudi luhur.
  2. Meningkatkan semangat menuntut ilmu dan mengamalkannya
  3. Meningkatkan mutu dan prestasi keilmuan
  4. Mewujudkan kerja sama warga Madrasah dengan masyarakat
  5. Mempererat jalinan ukhuwah Islamiyah sesama warga MAN Sidoarjo
    1. Tujuan
Adapun tujuan MAN Sidoarjo adalah sebagai berikut :
      1. Pada tahun 2006 terjadi peningkatan skor + 2,0.
      2. Lulusan tahun 2006 naik 2 % yang melanjutkan ke perguruan Tinggi, 3% pada tahun 2005, dan 4% pada tahun 2006.
      3. Tahun 2005 grup teater dan drumband menjadi juara umum tingkat propinsi Jawa Timur.
      4. Tahun 2005 memiliki tim olahraga Volley, basket, bulu tangkis, dan tenis meja serta futsal yang baik.
      5. Tahun 2005 memiliki grup seni musik dan qosidah yang baik.
      6. Menjadikan lulusan MAN Sidoarjo mampu  tampil terdepan dalam kegiatan keagamaan di masyarakat.
Oleh: mansidoarjo | Februari 1, 2008

Sejarah MAN Sidoarjo

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo merupakan relokasi dari SPIAIN/MAN Jombang pada tanggal 18 Maret 1979 dengan nomor statistik Madrasah 311351512004 yang bertempat di Jalan Gajah Mada Nomor 76 Sidoarjo. Gedung yang ditempati saat itu statusnya masih menyewa dan bekas sekolah Tionghoa. Pada waktu itu yang menjadi Kepala Madrasah adalah H. Sri Suparto, SH mulai tahun 1980-1988.
Kemudian pada tanggal 27 Juli 1987 MAN Sidoarjo pindah ke lokasi Jl. Jenggolo Belakang Stadion Sidoarjo sebelah timur Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri (SMEA Negeri). Tanah yang ditempati gedung MAN Sidoarjo sudah menjadi hak milik dengan nomor sertifikat tanah 7818/89 yang luasnya 3.947 m2. Kemudian pada tahun 1988 ada pergantian Kepala Sekolah dari H. Sri Soeparto, SH. digantikan Drs. H. Moh. Cholid sampai tahun 2001. Dalam tahun 1994 ada penambahan tanah seluas 2.458 m2 dengan nomor sertifikat 355/94 dan tahun 1999 ada penambahan lagi seluas 1.119 m2 dengan nomor sertifikat 006/99. Jadi jumlah luas tanah MAN Sidoarjo saat ini adalah 7.524 m2.
Berdasarkan kurikulum 1975, MAN Sidoarjo pada awalnya membuka dua jurusan yaitu program IPA dan program Agama, kemudian pada tahun 1982/1983 membuka satu program jurusan lagi yaitu IPS. Selanjutnya pada tahun pelajaran 1985/1986 berdasarkan atas perubahan kurikulum sekolah lanjutan tingkat atas, maka dalam hal ini MAN Sidoarjo membuka tiga program jurusan, yaitu :
  1. Program Agama
  2. Program Ilmu Biologi
  3. Program Ilmu Sosial
Pada tahun pelajaran 1989/1990 dibuka lagi program ilmu Fisika. Dengan demikian MAN Sidoarjo memiliki empat pilihan program. Sejak keberadaannya di Jl. Jenggolo Blk Stadion, perkembangannya cukup bagus, baik dari segi lingkungan maupun sarana pendidikannya. Pembangunan sarana fisik terus meningkat, lebih-lebih tempatnya yang strategis bagi pendidikan karena jauh dari kebisingan dan keramaian kota ditambah letaknya di antara sekolah-sekolah umum yang favorit di Sidoarjo seperti SMUN 1, STM Perkapan, SMKK, dan SMEA Negeri. Kesemuanya itu menjadikan MAN harus berani berkompetitif baik dalam kualitas maupun kuantitas.
MAN Sidoarjo yang dapat dikatakan berada di jantung kota Sidoarjo merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri di Sidoarjo. Sebab hanya ada satu MAN saja sedang yang lainnya swasta. Oleh sebab itu tidak heran jika masyarakat Sidoarjo yang mayoritas beragama Islam ini sangat besar perhatiannya terhadap MAN Sidoarjo. Kepercayaan masyarakat Sidoarjo dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah pendaftar calon siswa baru setiap tahunnya. Namun sayang sekali daya tampung Madrasah sangat terbatas, sehingga tidak semua pendaftar bisa diterima di MAN Sidoarjo.
Dengan diberlakukannya kurikulum tahun 1994, MAN Sidoarjo membuka 2 pilihan program, yatu program IPA dan IPS. Kebijakan ini diambil setelah kurangnya minat siswa memilih program bahasa dan MAK. Sampai pada tahun 2001 terjadilah pergantian kepala sekolah MAN Sidoarjo, dari Drs. H. Moh. Cholid yang memang sudah waktunya purna tugas digantikan oleh Drs. H. Abd. Shomad, M.Ag. yang berasal dari kepala MTsN Tlasih Tulangan Sidoarjo, dan saat ini yang menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah H. M. Maksum AF, SH, M.Pd. yang berasal dari MAN Mojokerto.
Dalam perkembangan selanjutnya, MAN Sidoarjo telah mempersiapkan diri untuk menerima diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dan saat ini beberapa sarana dan prasarana baik fisik maupun non fisik sudah ditata dengan harapan MAN Sidoarjo di masa mendatang dapat menjadi salah satu alternatif masyarakat sebagai lembaga pendidikan di Sidoarjo

Sejarah STAIN KEDIRI

Berkas:Logo STAIN Kediri.jpg
Didirikannya perguruan tinggi agama Islam di Kediri dimulai dengan berkumpulnya para ulama yang didukung oleh oleh BupatiKediri, Imam Koesoebagyo, pada tahun 1960. Di antara para ulama tersebut adalah Kyai Mahfudh, K.H. Syafi’I Marzuki, K.H. Mahrus Ali, H. Ali Mashar, dan Anwar Zen. Bupati Kediri, Imam Kusubagyo, adalah termasuk tokoh (birokrat/pejabat) yang cukup pro aktif dalam hal rencana pendirian perguruan tinggi Islam. Imam Kusubagyo merupakan sosok dari anggota Partai Nasionalis Indonesia (PNI), tetapi memiliki kultur keislaman (NU) yang cukup kuat. Oleh karenanya, pada saat pencalonan Bupati Kediri, ia mendapat dukungan kuat dari umat Islam, khususnya dari kaum nahdliyin.
Di samping itu, tak mengherankan jika ia memiliki semangat tinggi untuk mendirikan perguruan tinggi Islam. Dari hasil pertemuan tersebut diperoleh keputusan akan mendirikan lembaga pendidikan tinggi Islam. Setelah melakukan berbagai upaya untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi, barulah pada tahun 1962 Panitia Persiapan Pendirian Lembaga Pendidikan Tinggi di Kediri berhasil mendirikan Sekolah Persiapan (SP) IAIN. Sekolah ini diresmikan oleh Menteri Agama RI, Sjaifudin Zuhri, pada tahun 1962.
Pada tahun 1964 berbekal SP IAIN yang menginduk ke IAIN Sunan Kalijaga didirikanlah dan diresmikanlah Fakultas Ushuluddin. Pendirian Fakultas Ushuluddin di Kediri didasarkan pada Keputusan Menteri Agama RI No. 33 tahun 1964 tertanggal 16 Juli 1964.
Setelah Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Cabang Kediri berumur lebih kurang 32 tahun, pada tahun 1997 pemerintah menetapkan peraturan baru bahwa perguruan tinggi cabang harus berdiri sendiri. Fakultas Ushuluddin Sunan Ampel Cabang Kediri berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 tahun 1997 secara resmi berdiri sendiri dan ditetapkan sebagai Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri. Setelah menjadi STAIN perguruan tinggi ini tidak memiliki hubungan struktural lagi dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya. Secara struktural STAIN Kediri berada di bawah Dirjen Perguruan Tinggi Islam Departemen Agama. Secara manajerial juga telah mandiri. Pengangkatan pegawai, penentuan pemimpin, dan anggaran telah memiliki kewenangan sendiri.
nothing